Header image

Monday, April 28, 2008

Ingat Tuhan

Saya diingatkan kembali tentang perlunya mengingat Tuhan. Saya diminta untuk sholat, ritual yang jadi kewajiban seorang muslim seperti saya. Tentu saja Sholat dalam arti sesungguhnya, Kali ini yang mengingatkan seorang gadis manis. Sangat manis.


Suatu sore di sebuah cafe di Jakarta, dia mengatakan yang agak pedas ditelinga saya “ Abang ga sholat ya.” Entah kenapa, pernyataan gadis itu begitu pedas di telinga saya, terasa menampar muka saya, seperti halilintar di siang bolong. Saya pun agak binggung menjawabnya, saya ga bisa berkutik. Mati kutu. Dengan gugup saya hanya jawab, “ Saya sholat kok.” Saya lemas bukan kepalang. Mau ditaruh dimana muka gue kalau saya berkata jujur bahwa hari itu saya memang tidak sholat. Apa kata dunia?

Sebenarnya ini bukan kali pertama saya diingatkan. Maksud saya, banyak orang yang sudah berkali-kali berusaha menyadarkan saya agar saya dekat dengan Tuhan, agar saya mensyukuri pemberian Tuhan. “ Nama lo aja syukur, masak ga bersyukur?” celoteh temen saya.

Seperti kakak saya dulu. Meski dia tidak mengatakan langsung saya harus sholat, kalau balik ke kampung, saya pasti diceramahi soal Tuhan. Saya bahkan diminta tidak hanya sholat, tapi zakat. Dia bilang kita seharusnya berbuat baik kepada Tuhan, ya Sholat, ya zakat, ya puasa, apa-apa yang disukai Tuhan deh. Katanya, kalau kita berbuat baik sama Tuhan, maka Tuhan akan berbuat sebaliknya.

Kakak saya mengibaratkan Tuhan adalah seorang bos, pemimpin di kantor, kalau kata-katanya dituruti, maka semua keinginan kita pasti dikasih. Mau naik gaji dikasih, mau cuti ga dipersulit, mau keluar kantor juga oke saja. “Kayak kontrak kerja,” kata kakakku itu. Jadi jika kita menyepakati kontrak kerja itu maka, kita mau apa aja dikasih, bahkan bisa dapat bonus liburan.

“Nah kalau lo menjalankan kontrak kerja lo dengan Tuhan dengan baik, maka hidup lo ga sulit kok. Lo mau minta apa saja dikasih : pekerjaan, jodoh, rejeki, segalanya “ Dia terus saja nyocot. Waktu itu saya cuma manggut-manggut. Ya iya lah, secara yang dikatain kakak saya benar semua, masak saya bantah.

Tapi ya itu, saya hanya bertahan seminggu mengikuti saran kakak. Setelah itu, lupa lagi. Saya kembali lagi pada kehidupan saya yang amburadul. Sholat secara berkala, maksud saya kala malas ya bablas, alais bolong-bolong.

Saya bukan muslim yang taat memang. Saya butuh Tuhan pada saat tertentu saja, pada saat saya punya kepentingan saja. Biasanya saat kesusahan, saya mengadu kepada-Nya. Pikir saya mau kemana lagi saya harus mengadu, jika persoalan tak bisa diselesaikan dengan cara-cara manusia, cuma Tuhan saja yang bisa saya andalkan. Dengan seperti itu saya juga ingin menguji kemurahatian Tuhan (Saya sering sakit hati sama Dia *^$#@)

“Tapi sungguh deh saya ingin jadi muslim yang taat. Saya ga mau jadi orang dholim, saya ga mau jadi manusia berwatak setan. Saya ingin sekali mensyukuri nikmat Tuhan dengan cara sembahyang, menyembah Dia sebagai bentuk rasa syukur saya.

Saya ingin sholat saya bukan karena saya punya kepentingan. Saya sholat karena ikhlas, karena saya telah diberi nikmat tiada tara, karena saya masih bisa kongko-kongko bareng temen-teman di cafe, karena saya masih bisa tidur sepulas-pulasnya saat orang-orang pada sibuk kerja. No thing tulus gitu.

Tapi justru karena sholat saya no thing tulis itu sholat saya jadi bolong-bolong. Jadi saenake wudele dewe. Ya kalau saya iklas saja.

Gadis itu menginggatkan saya yang bolong-bolong ini. “ Saya masih inget Tuhan kok.” Saya ngeles. Ah, yang bener? Oke..oke saya ngaku, “Meski seringkali lupa karena alasan-alasan tertentu.” Tuh kan.

Saya mengakui saya bukanlah muslim yang taat, patuh kepada perantah-perintahnya, suka sekali melanggar, suka sekali lihat gambar-gambar yang “begituan”. Tapi sungguh saya ingin mengakhiri, saya ingin jadi manusia berwatak manusia, bukan setan.


Read More......

Wednesday, May 16, 2007

Ingatan Tentang Mei 1998

Bulan Mei selalu mengigatkan saya pada kejadian sembilan tahun yang lalu. Aksi-aksi besar mahasiswa, kerusuhan dimana-mana, juga kejadian kejatuhan Presiden Soeharto yang begitu singkat itu. Saya masih jadi mahasiswa saat rentetan kejadian itu. Suasananya begitu heroik, juga mencekam.


Foto-foto itu jumlahnya lebih dari lima puluhan. Isinya melulu soal aksi-aksi mahasiwa saat menumbangkan Soeharta pada Mei 1998. Ada foto yang memperlihatkan saat mahasiswa bereaksi di Semanggi, juga saat mahasiswa mengeruduk DPR. Heroik baget deh.

Berbagai pose saat mahasiswa melakukan aksi turunkan Soeharto dipajang bersambung. Ada foto yang memperlihatkan semangat mendidih. Bentorkan dengan aparat hingga tebar-tebar bunga. Foto keempat mahasiswa yang gugur saat aksi di Semangi dan Trisakti juga dipasang.

Foto yang mengambarkan saat Jakarta di landa kerusuhan juga ada. Ada orang-orang menjarah, membakar mobil, pertokoan, gedung. Dan, ih.. mayat-mayat yang hangus terbakar. Ngeri melihatnya.

Anda bisa melihat foto-foto itu di Taman Ismail Marsuki. Sekelompok mahasiswa sengaja mengelar foto-foto itu untuk mengingatkan kembali tentang reformasi, tentang aksi heroik mahasiswa pada Mei 1998. Kata mereka, reformasi tak sesuai dengan cita-cita mahasiswa. Banyak Korupsi masih mengila, pejabat negara banyak yang bejad. Intinya orang harus diingatkan kembali.

Bulan Mei selalu mengigatkan saya pada kejadian sembilan tahun yang lalu. Aksi-aksi besar mahasiswa, kerusuhan dimana-mana, juga kejadian kejatuhan Presiden Soeharto yang begitu singkat itu. Saya masih jadi mahasiswa UGM saat rentetan kejadian itu. Suasananya begitu heroik, juga mencekam.

Semula adalah kejatuan rupiah yang luar biasa dari 1 $US nilainya cuma 2000-an melonjak naik menembus angka Rp. 9000. Saya sendiri tak tahu persis apa pengaruhnya kenaikan melorotnya nilai rupiah dengan dolar bagi kehidupan saya sebelumnya. Yang saya rasakan, tiba-tiba harga indomie melejit tinggi, gula jadi mahal, harga susu tak terkira.

Barang-barang kebutuhan pokok hilang di pasaran. Sangat sulit mendapatkan indomie atu gula di toko-toko. Banyak orang memborong kebutuhan pokok itu karena takut ga kebagian. Saya yang hanya punya uang recehan cuma nesu-nesu karena ga kebagian. Ya ya karena saya juga ga punya uang lebih. Tapi saya masih beruntung bisa beli satu dus indomie hasil patungan dengan temenku.

Saya tak suka susu jadi saya tak memburu susu. Tapi temen-temen saya mengeluh soal harga susu yang terlalu mahal. Mungkin kebiasaan sedari kecil ya.. aku kan orang desa yang biasanya minum susu cuma pada bulan puasa. Biasanya bapakku yang beli, khusus buat menyambut bulan puasa. Katanya, biar kuat puasanya.

Pada Mei itu hampir setiap hari di kampus UGM terjadi aksi mahasiswa. Paling sering mereka memulai aksinya di Bunderan UGM lalu bergerak mengitari kampus dan berakhir di depan Balairung. Saya paling suka kalau aksi hari Jum’at. Aksi di hari ini terasa mengang banget karena dilakukan persis ketika orang-orang keluar masjid bubar jadi suasananya langsung tegang.

Pernah suatu hari aksi berakhir dengan kericuhan. Ratusan polisi dengan bersenjata lengkap masuk kampus dari berbagai arah membubarkan aksi mahasiswa. Dari arah Jalan Cik Ditiro, di depan Bunderan UGM satu peleton polisi dengan tameng memburu mahasiswa ke arah dalam kampus. Dari arah Jalan Kaliurang yang membelah kampus, ada berikade motor polisi mengarahkan tembakan beruntun ke dalam kampus tepat di depan Graha Saba Pramana. Saya lari sekencang-kencangnya sambil sesekali tiarap dan merunduk menghindari tembakan. Saya tak peduli lagi apakah saya akan mati tertembak seperti mahasiswa Trisakti di Jakarta atau saya akan tertangkap. Saya mendengar puluhan polisi juga sudah menghadang dari arah selokan utara kampus. Tapi saya tak peduli, saya terus lari lari ke arah utara keluar kampus. Syukurlah saya keluar kampus dengan selamat dan terus lari memasuki gang-gangdeng kecil menuju kost. Saat melewati gang-gang itu, banyak kayu-kayu dipasang ditengah gang. Saya berpikir keributan yang terjadi di kampus tadi sudah menjalar ke luar kampus.

Di kost saya masih tengang bukan main. Saya dan temen satu kost mengunci rumah. Sesekali saya mendengar mahasiswa yang lari terbirit-biririt menyelamatkan diri. Malam hari suasana masih tegang. Kata teman satu kost puluhan polisi dengan pakaian preman menyisir perkampungan sekitar kost. Saya memang sempat melihat empat orang berperawakan tegap melintas di depan kost dari bilik kaca nako kamar saya. Saya berdoa semoga mereka tak mengedor kost yang saya tempati atau masuk ke kamar saya dan mengasak-ngasak kamar saya yang penuh dengan selebaran aksi yang saya pasang di dinding kamar.

Ingatan-ingatan itulah yang saya rasakan ketika melihat foto-foto di TIM sore itu.
Melihat kembali foto-foto itu hati saya miris, seperti disayat-sayat. Saya ingin menangis. haru, tapi juga mangkel. Saya jadi sadar kejadian yang saya alami pada Mei sembilan tahun lalu merupakan sejarah yang tak akan pernah aku lupakan.

Read More......

Wednesday, May 2, 2007

Mengakhiri Krisis Hutan Indonesia

Kongres Kehutanan Indonesia kembali digelar di tengah situasi kehutanan yang sedang mengalami krisis hebat. Sekira 2,8 juta hektar hutan hilang dalam setahun. (Kerusakan ini dianggap paling parah di planet bumi). Illegal logging terjadi hampir di seluruh kawasan hutan Indonesia, tanpa henti.




Tak kurang dari 51 juta meter kubik kayu bulat tiap tahun dihasilkan dari kegiatan illegal logging. Tiap tahun diperkirakan lebih dari 10 juta meter kubik kayu bulat dan atau kayu gergajian ukuran besar diselundupkan ke luar negeri.

Pembalakan kayu, perambahan hutan, pemanfaatan hutan untuk sektor lain dan kebakaran hutan telah menyebabkan kerusakan hutan Indonesia yang amat parah.

Kinerja ekonomi industri kehutanan berada pada tingkat paling buruk. Indonesia kehilangan devisa 10 milyar dari sektor kehutanan. Industri kehutanan berada pada titik nadir. Hingga pertengahan 2006, sekira setengah dari industri kehutanan bangkrut dan harus merumahkan ribuan karyawannya. 200 industri HPH gulung tikar. Dua pertiga industri HTI harus menghentikan kegiatannya. Keduanya meninggalkan lebih dari 20 juta hektar kawasan hutan atau seluas lebih dari ukuran pulau jawa tak bertuan. Kawasan ini kini menjadi manakan empuk bagi para pembalakan liar.

Kongres yang dihadiri lebih dari seribu orang itu pun menyatakan berkomitmenya untuk mengakhiri mimpi buruk itu. ”Pertumbuhan ekonomi yang terus menerus memburuk tidak dapat didiamkan,” kata Ketua Umum KKI IV, Agus Setiyarso.

Sekali lagi, seperti pada kongres kehutanan Indonesia ketiga, lima tahun yang lalu, sebuah kesepahaman tentang hutan indonesia dirumuskan sebagai komitmen bersama dalam upaya mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari di Indonesia.

Tapi lagi-lagi banyak yang pesimis. Cita-cita itu terlalu berat untuk diwujudkan.

Limapuluh tahun yang lalu, kongres kehutanan pertama dalam sejarah Indonesia di gelar di Bandung. Kongres ini digelar di tengah kondisi sosial politk yang tidak menentu.

Zaman itu, kita tahu, Indonesia memasuki masa-masa transisi yang tidak mengenakkan. Setelah menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 dan terjadi pemindahan aset-aset dari Pemerintah Kolonial Belanda kepada pemerintah Indonesia, bangsa ini belum siap betul mengurus dirinya sendiri. Ekonomi masih terseok-seok. Kehidupan sosial-politik juga kurang stabil.

Meski rakyat kurang makan, nasionalisme yang dibawa Presiden Soekarno disambut antusias rakyat Indonesia. Soekarno membenci kebijakan-kebijakan kapitalis ala Amerika dan Inggris. Kita pun bisa melihat dalam kongres pertama itu semangat nasionalisme hutan Indonesia muncul dengan semangat mengebu-gebu.

Nasionalisme hutan Indonesia kemudian menjadi keputusan penting dalam kongres itu. Bahwa industri kehutanan harus mengutamakan modal nasinal. Monopoli asing harus dilibas. Wakil Presiden pertama, Muhammad Hatta pernah menyinggung soal ini dalam sebuah newsletter. Hatta menulis begini :

” Orang-orang sering tidak menginsyafi bahwa hutan itu adalah harta nasional yang harus dijadikan kapital sebagai aset hidup bangsa kita dan turunan di masa mendatang.”

Kongres kehutanan Indonesia pertama digagas Persatuan Peminat dan Ahli Kehutanan (PPAK). Ide bikin kongres muncul saat mereka kongko-kongko di Bogor. Mereka menyakini hutan Indonesia saat itu sudah dalam kondisi yang parah, terutama hutan di Pulau Jawa dan Madura yang terus rusak dari tahun ke tahun. ”Ada gejala pemusnahan hutan di Djawa dan Madura,” kata. Ia menyebut gerakan serabotan hutan atau Clandestience Ontginning adalah biang keladi dari kerusakan hutan di Jawa dan Madura. Meski tidak sepadat sekarang, tapi sektor kehutanan yang kala itu masih terpusat di kedua wilayah ini menjadikan Clandestience Ontginning sebagai masalah besar. Tapi perang yang berlangsung puluhan tahun juga ikut menimbulkan kerusakan hutan yang parah.

Sarbuki, sebuah organisasi buruh kehutanan punya peran besar dalam kongres pertama ini. Selain dipercaya menjadi penyelenggara kongres, mereka punya andil besar dalam perumusan keputusan-keputusan penting kongres. Jika Anda sempat membuka dokumen kongres pertama, keputusan-keputusan kongres sangat berjiwa kerakyatan

Kongres pertama itu menyatakan bahwa persoalan kehutanan tak bisa diselesaikan hanya oleh Djawatan Kehutanan, lembaga resmi yang mengelola hutan. Mereka menyakini persoalan hutan akan bisa selesai kalau diselesaikan bersama. Ini persis seperti semangat yang muncul sekarang, saat orang-orang lateh ngomong multipihak

Di kongres pertama itu wacana desenteralisasi juga muncul. sesuatu yang sekarang marak dibicarakan.

Pada 1991 Kongres kehutanan indonesia yang kedua kembali digelar. Kongres ini digelar pada saat sektor kehutanan sedang naik daun. Industri kehutanan menjadi primadona setelah m

Ditengah hiruk-pikuk reformasi, pada tahun 2001 kongres kehutanan yang ketiga digelar. Orde reformasi yang dimulai pada bulan Mei 1998 membawa segalanya berubah. Pengelolaan hutan di masa Orde Baru dianggap keliru, penuh praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dan hanya menguntungkan segelintir orang yang berada lingkaran pusat kekuasaan. Sementara masyarakat lokal sekitar hutan justru makin tertinggal, hak-hak mereka atas hutan tidak diakui negara. Di kawasan-kawasan hutan, konflik sosial marak.

Lebih seribu orang hadir hingga Aula besar Maggala Wanabakti penuh sesak. Mereka rata-rata datang membawa semangat perubahan, juga perlawanan. Bahwa paradigma kehutanan Indonesia harus berubah. Semua praktek, nepotisme, korupsi dan kolusi (NKK) yang pernah terjadi pada masa orde baru harus ditinggalkan.

Kelompok-kelompok pembela masyarakat lokal menekan pemerintah agar paradigma kehutanan indonesia bukan lagi sentralistik ala Orde Baru, tapi pengelolaaan hutan yang lebih memihak kepada hak-hak masyarakat lokal. Mereka ingat apa yang sudah terjadi pada 1978, ketika Indonesia menjadi tuan rumah Kongres Kehutanan Dunia VIII. Forest for People yang digagas dalam kongres itu dianggap masih relevan di era reformasi. Kongres itu memang merumuskan perubahan paradigma kehutanan Indonesia, tapi beberapa diantara mereka yang pro masyarakat lokal justru kecewa.

Dan kini ketika mereka kembali bikin kongres, kita tak pernah tahu, seperti apa wajah hutan kita di masa depan?. Ya, cita-cita mewujudkan hutan lestari memang selalu ada. Dan kali ini tampaknya akan dilakukan lebih kongret oleh sebuah lembaga yang terbentuk di kongres : Dewan Kehutanan Nasional (DKN).

Publik tampaknya sudah lelah dengan persoalan kehutanan yang tak kunjung selesai. Kepercayaan mereka pada pemerintah juga turun. Dan DKN-lah yang dianggap bisa memecah kebekuan persoalan-persoalan kehutanan di Indonesia. Di kongres itu, orang-orang memandatkan DKN (lembaga di luar pemerintah yang mendapat legitimasi dari publik kehutanan) untuk menjembatani berbagai kepentingan dalam pembangunan kehutanan.

Setiap orang boleh mengadu, setiap orang boleh mengontrol. DKN adalah lembaga berbasis konstituen. Lembaga yang dibentuk oleh orang-orang yang terlibat dalam pembagunan kehutanan. Kepada DKN, Anda boleh mengadu ketika Anda merasa dirugikan atas keterlibatan Anda dalam pengelolaan hutan. Dan menjadi tugas DKN untuk menjadi jembatan penyelesaian atas permasalahan yang timbul.

Tapi tampaknya hal itu hanya sebagain kecil tugas DKN.

Sungguh, DKN memegang tugas yang amat berat. DKN merupakan lembaga yang diamanai tugas menjalankan sebuah dokumen bernama Garis-garis besar haluan kehutanan (GBHK). Lembaga ini diminta ikut memperbaiki tata pemerintahan kehutanan yang kini amburadul, mengentaskan kemiskinan sekitar hutan, menumbuhkan ekonomi kehutanan yang lagi lesu-lesunya, belum lagi memikirkan pengembangan layakan-layanan jasa lingkungan atas kekayaan hutan Indonesia.

”DKN telah menutup ”lubang” yang selama ini menganga dalam organisasi pengelolaan hutan Indonesia, ” kata hariadi Kartodiharjo, ketua DKN.

Kini setelah kongres berakhir, semua orang menanti gebrakan DKN dalam menutup lubang-lubang persoalan kehutanan itu.


Read More......

Sunday, April 8, 2007

Kota Merbau di Daratan China

Kayu Merbau asal Indonesia ikut menyubang bagi pesatnya industri perkayuan di China. Malangnya, sebagian besar kayu bulat Merbau tersebut berasal dari hutan papua yang didatangkan secara illegal.


Zhangjiagang hanya pelabuan kecil. Terletak di dekat muara Sungai Yangtze. Lima tahun lalu daerah ini hanya tempat yang sepi. Bandingkan dengan terminal container di dekat Shanghai, belum ada apa-apanya. Tapi tengoklah sekarang, tempat ini berubah menjadi pusat perdagangan kayu tropis terbesar di dunia. Kapal-kapal kargo raksasa bermuatan kayu dari Amerika bagian tengah dan selatan, Afrika Barat dan Asia Tenggara antri menunggu kesempatan membongkar muatannya, siang dan malam.




Di pelabuhan ini, tumpukan kayu bulat tropis berbaris sepanjang pantai sejauh beberapa mil. Hotel di dekatnya berubah menjadi pasar kaget yang mengiklankan kayu bulat bergambar dan nomor ponsel pedagang kayu yang dapat dihubungi. Merbau merupakan jenis kayu yang paling banyak diiklankan.

Tengok pula kota Nanxun, beberapa jam perjalanan ke arah selatan Zhangjiagang. Dalam waktu lima tahun Nanxun berkembang menjadi pusat pembuatan flooring (lantai kayu) dunia. Nanxun bahkan disebut sebagai “kota merbau”. Sekitar 70 % dari kayu merbau yang diimpor ke China diolah di tempat ini menjadi lantai kayu. Setiap tahun kota ini menghasilkan sedikitnya 2,5 juta meter persegi flooring berwarna gelap atau setara dengan lebih dari $ 200 juta bila dihitung dengan harga eceran di Barat.

Lebih dari 500 pabrik lantai kayu telah berdiri di Nanxun. Lengkap dengan mesin-mesin modern, gudang-gudang besar, perkantoran dan ruang mewah. Fang Yuan Wood Co Ltd adalah salah satu pabrik terbesar yang mampu memproduksi 2 juta meter persegi lantai kayu setiap tahunnya. EIA/Telapak pernah menghitung sawmill-sawmill dan pabrik di Nanxun paling tidak memproses satu pohon merbau setiap menit dalam setiap hari kerjanya.

Dari mana China mendapatkan merbau? EIA/Telapak melaporkan sebagian besar kayu bulat Merbau tersebut berasal dari hutan papua yang didatangkan secara illegal. Merbau merupakan jenis kayu bulat tropis nomor dua yang paling banyak diimpor China, dan jumlahnya terus membumbung tinggi. Lebih dari 280.000 meter kubik kayu bulat merbau diimpor ke China selama 4 bulan pertama tahun 2004.

Data statistik impor China menunjukkan antara tahun 1997 – 2001, terjadi kenaikan fantastis volume kayu bulat Indonesia yang masuk ke negara tersebut. Di tahun 1997, volume kayu yang diimpor dari Indonesia baru mencapai 31.000 meter kubik, namun memasuki tahun 2001 jumlah tersebut meningkat menjadi 1,14 juta meter kubik sementara statistik ekspor Indonesia untuk periode yang sama nyaris tidak mengalami perubahan. Sebagian besar dari kayu bulat liar ini adalah kayu merbau dari hutan alam Papua.

Di tahun 1998, volume ekspor kayu merbau asal Papua masih 50.000 meter kubik, angka ini meningkat menjadi 660.000 meter kubik di tahun 2001 atau meningkat menjadi sepuluh kali lipat dalam kurun waktu cuma empat tahun. Sejak pemerintah Indonesia mengeluarkan larangan ekspor kayu bulat pada tahun 2001, eskpor kayu bulat merbau telah menurun, namun penyelundupan yang marak dan masih terus berlangsung telah meningkatkan eksploitasi komersial merbau dalam jumlah besar dimana kini mencapai 300.000 meter kubik per bulan. EIA/Telapak menduga penurunan kayu itu dikarenakan kayu-kayu asal indonesia di palsukan sebagai kayu Malaysia.

Dipicu oleh pertumbuhan ekonomi China yang dimulai tahun 1970-an, China berubah menjadi raksasa baru ekonomi yaag ditakuti dunia. Ekonomi China meningkat dua kali lipat setiap sepuluh tahun. Sektor manufaktur berkembang sangat cepat. China berubah menjadi pabrik dunia untuk memenuhi permintaan akan produk manufaktur yang murah untuk tujuan Amerika, Eropa dan Jepang.

Pesatnya industri perkayuan di China, menjadikan sumberdaya alam negara itu tak mampu lagi memenuhi kapasitas industri perkayuannya. Di tahun 1990-an hutan-hutan di China rusak berat. China terpaksa mengalihkan pemenuhan bahan bakunya ke luar negeri termasuk Indonesia dan melarang penebangan di hutan alam mereka. Di tahun-tahun berikutnya pemerintahan China memberlakukan kebijakan penghapusan tarif impor kayu bulat. Sejak itu, impor kayu dan produk kayu China membumbung tinggi. Pada tahun 1997 , impor kayu bulat China baru mencapai satu juta meter kubik, tapi pada tahun 2002, impor mereka meningkat tajam mencapai 16 juta meter kubik. Di tahun 2005, total permintaan kayu dan produk China diperkirakan mencapai 240 juta meter kubik. China merupakan pembeli kayu liar terbesar di dunia.

Penyelidikan EIA/Telapak mengungkapkan jaringan pengiriman kayu-kayu liar dari Indonesia ke China ini melibatkan orang Indonesia, Malaysia, Singapura, Hongkong, India dan China. Para pelaku di Jakarta bertindak sebagai makelar yang menawarkan kayu merbau liar dan menjamin kelancaran pengiriman kayu liar tersebut dengan biaya sekitar $50 per meter kubik. Sejumlah perusahaan asal Malaysia bertindak sebagai penyedia alat berat yang diangkut dari Papua New Guinie dan Serawak. Sementara perusahaan Singapura bertindak sebagai makelar penting dalam perdagangan ini yang menyewakan kapal pengangkut dan tongkang untuk mengangkut muatan haram tersebut dan menghubungkan penjual merbau di Papua dengan pera pembeli, sebagian transaksi keuangan ini dilakukan di bank-bank Singapura, termasuk pembukan LC antara pembeli dan pemasok.

Para pedagangan Hongkong bertindak sebagai jembatan penting di daratan China, yang mengamankan pasokan kayu di Papua dan menghubungkan para pembeli dari daerah Shanghai dan Propinsi Guangzhou.

Menurut EIA/telapak, pengiriman kayu-kayu tersebut menggunakan dokumen perjalanan dan dokumen kayu palsu yang dilakukan oleh para penghubung/sindikat. Sindikat ini membayar sekitar 1,8 milyar rupiah dalam bentuk suap untuk memastikan kayu ilegal tersebut tidak akan dihentikan di perairan Indonesia, karena Indonesia memberlakukan larangan ekspor kayu bulat.

Sebagian besar kayu bulat merbau yang dicuri dari Papua ditujukan ke pelabuhan Zhangjiagang, dekat Shanghai, China. Pengiriman merbau Indonesia dapat melewati bea cukai China dengan menggunakan dokumen palsu dari Malaysia untuk menutupi asal kayu sebenarnya. Berdasarkan hukum di China, penggunaan dokumen pengiriman dan dokumen kayu dengan keterangan palsu adalah pelanggaran hukum.

Kayu-kayu bulat tersebut lalu dikirim ke kota terdekat di Nanxun, pusat perakitan lantai kayu di China.

Dari kota Nanxun berbagai produk kayu China meluncur ke Eropa, Amerika, dan Jepang seperti furnitur dan lantai kayu.

Di tahun 2002, ekspor produk furnitur China tercatat mencapai $5,3 milyar atau meningkat 25% tiap tahunnya selama tujuh tahun. Ekspor lantai kayu tak kalah garangnya. Dalam kurun waktu sembilan bulan sampai September 2004, China telah mengekspor 193.000 ton lantai kayu senilai $240 juta. Ini adalah sebuah peningkatan 77 % dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Sialnya, untuk keuntungan segede itu, masyarakat Papua hanya menerima $0,46 untuk setiap kayu yang dibutuhkan untuk membuat satu meter persegi lantai kayu.

Ya, merbau telah ikut menyumbang bagi pesatnya perekonomian China dan telah merubah negara itu menjadi raksasa dunia yang makin menakutkan.




Read More......

Saturday, April 7, 2007

Jazz Non AC

Muzik Jazz sekarang bukan lagi monopoli kaum berdandan necis. Anak-anak muda bercelana robek pun sudah keranjingan dengan musik ini. Ga percaya? Lihatlah di Jazz Goes To Campus, disitu ribuan penonton yang relatif anak-anak muda-banyak juga yang berusia remaja- rela bersesakdesakan di areal parkir yang sumuk demi menikmati jazz.



Pelataran parkir Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sejatinya bukan tempat yang cocok untuk sebuah pentas musik Jazz. Tapi inilah Jazz Goes To Campus yang bergulat menyingkirkan musik jazz hanya monopoli kalangan elit. Bahwa jazz bukan hanya cocok dinikmati telingga tuan-tuan berdasi atau nyonya-nyoya bergaun mewah, tapi juga anak-anak muda berpenampilan “kumuh” dengan celana jean robek di lutut, berkaos jangkis.

Maka buang jauh-jauh harapan Anda bisa menonton konser ini dengan duduk nyaman di kursi empuk dalam gedung pertunjukan yang megah dan penyejuk udara yang dingin.

Lihatlah ribuan penonton yang relatif anak-anak muda-banyak juga yang berusia remaja- rela bersesakdesakan di areal parkir yang sumuk. Penonton boleh berdiri atau duduk berjongkok.

Maka suasana konser pun jadi mirip konser rock n’ roll. Ketika Tompi, sang vokalis Bali Lounge naik panggung, jangan heran penonton perempuan tanpa sungkan menjerit, mereka juga pasti rela pingsan secara sukarela di depan sang idola.
Tompi mampu memukau ribuan penonton yang hadir. Tompi menyanyikan lagu-lagu hitnya seperti Something’s Wrong, Selalu Denganmu dan Dance With Me. Setiap vokalis yang pernah mendapat julukan supervocalist ini bernyanyi, alamak hampir semua penonton ikut bernyanyi, bersiul, dan menjentikkan jari. Dan hai ada juga yang bergoyang pinggul.

Atau ketika gitaris Bazzattack senarnya putus di tengah lagu, dia santai saja, dan penonton memakluminya. Bazzattack beranggotakan anak-anak muda. Mereka sangat jago mendaurulang musik-musik bergaya metal seperti lagunya limbizkit menjadi suguhan jazz yang lezat. Wouw.

Lalu Idang Rasyidi. Oh Idang permainan pianomu sungguh oke. Idang juga sangat mahir memainkan mulutnya mengikuti tut-tut piano yang dimainkannya. Anda tahulah bem bembem bebebembem bem… - kenapa ya setiap pemain jazz selalu bisa bergaya begitu?- Idang tampil bersama dengan His Choirs.

Nama Idang sudah tak asing bagi penikmat jazz di Indonesia. Selain Idang ada juga nama-nama seperti Syaharani, Ireng Maulana, Ireng Maulana, atau Luluk Purwanto. Semuanya tampil di Jazz Goes To Campus. Pendatang-pendatang jazz baru juga tampil dalam festival ini, permainan mereka tak kalah hebat.
Luluk Purwanto tampil dengan gaya rambut punk. Violis jazz Indoensia asal Solo ini memang selalu tampil nyentrik. Pada 1994, Luluk pernah melakukan konser dengan the Helsdingen Trio di atas bus yang akhirnya disebut The Stage Bus. Gesekan biola Luluk mampu memukau penonton pada malam hari. Di tangan luluk, biola juga bisa dipetik hingga mengeluarkan irama jazz bernuansa etnik.

Jazz pertama kali muncul dari kalangan masyarakat kulit hitam. Saat itu jenis musik ini dianggap musik kelas pinggiran. Ecek-ecek, aneh. Tapi Jazz kemudian meluas setelah diadaptasi oleh masyarakat kulit putih. Musik inipun naik kelas. Berbagai macam gaya musik jazz seperti Dixieland, Bop, Traditional Swing, Acid Jazz dan musik latin yang terpengaruh oleh musik jazz kemudian muncul.

Di Indonesia, pengemar musik ini makin beragam. Berbagai kelompok pecinta musik jazz tumbuh di banyak kota . Festival Java Jazz yang sudah beberapa kali digelar di Jakarta bahkan di sebut-sebut sebagai festival jazz terbesar se-Asia.
Dan sepertinya panita Jazz Goes To Campus juga ingin memasyarakatkan jazz di Indonesia. Buktinya Jazz Goes To Campus sudah digelar 29 kali dan menjadi festival tahunan.

Dari atas panggung Tompi berseru.
“Do you like the music?”
“Do you like the music?”
Dan dengan antusias penonton menjawab : yeahhh…

Yeah, di Jazz Goes To Campus, Anda bisa bergoyang, mementikkan jari. Di Jazz Goes To Campus Anda bahkan boleh menjerit-jerit ketemu sang idola. Do you jazz lovers?


Read More......

Merayakan Film Independent

Jiffest datang lagi. Kali ini film-film yang akan ditawarkan makin beragam. Lebih dari 230 film dari 32 negara akan diputar di ajang festival ini. Di JiFFest Anda bisa menyaksikan film-film internasional berkualitas dengan jajaran film-film yang mungkin sudah sering Anda dengar tapi belum pernah Anda saksikan di layar bioskop. Selamat berburu film ya..



Musim panas 1944. Seorang penyayi berkebangsaan Jerman, Rachel Stein (Carice van Houten) bersembunyi dari kejaran orang-orang Nazi. Dia selamat ketika rumahnya hancur dan keluarganya dibantai. Rachel melarikan diri dan bergabung dengan kelompok Dutch resistance fighters. Pimpinan kelompok itu berhasil menyakinkan Rachel agar bersedia menyusup ke Pusat Keamanan Jerman. Misinya mencari dan mempengaruhi orang nomer satu di Pusat Keamanan itu dan memasang jebakan terhadap jaringan para penghianat.

Anda bisa menyaksikan perlawanan Rachel ketika Nazi berkuasa di Jerman itu dalam Black Book karya Paul Verhoeven. Film ini menjadi bagian dari film yang akan diputar dalam Jakarta International Film Festival (Jiffest) 2006, 8 – 17 Desember mendatang.

Lebih dari 230 film dari 32 negara akan diputar di ajang festival ini. Di JiFFest Anda bisa menyaksikan film-film internasional berkualitas dengan jajaran film-film yang mungkin sudah sering Anda dengar tapi belum pernah Anda saksikan di layar bioskop.

Ada Film-film “World Cinema” yang menampilkan film-film besar dengan nama-nama besar seperti Walk The Line yang meraih Oscar itu. Atau Marie Antoinette yang diperankan Kirsten Dunst yang bercerita tentang Ratu Prancis, istri Raja Louis XIV.

Film pemenang Cannes film Festival, The Wind Who Shakes The Barley juga akan diputar. Film ini dibintangi Cillian Murphy yang pernah bermain dalam Cold Mountain, Batman Begins, dan Red Eye. Film-film lainnya adalah Café Transit (Iran), The Lives of Others (Jerman), dan Pan Labyrinth (Mexico). Ketiganya merupakan film-film akan maju dalam kompetisi Academy Awards.

JiFFest 2006 juga akan memutar film-film pendek terbaik dari Belanda, Jerman, Jepang, Indonesia, Malaysia, China, Thailand, dan Filipina. Semisal film The Anniversaries besutan Ariani Darmawan yang bercerita tentang potret sebuah hubungan suami-istri yang monoton. Adapula film-film documenter yang sangat layak Anda tonton.

Tontonlah “An Inconvenient Truth”. Ini adalah film domenter terlaris tahun 2006. Film ini dibintangi Al Gore, yang pernah menjadi Wapres AS di masa Presiden Bill Clinton. An Inconvenient Truth”. ini bercerita tentang kampanye Al Gore terhadap pemanasan global.

An Inconvenient Truth begitu jelas dan gambalang dalam menyajikan ancaman pemanasan global. Shanghai akan tenggelam dan mengakibatkan korban 40 juta orang, sementara kota-kota di Bangladesh dan Calcutta di India bisa menimbulkan bencana bagi 60 juta penduduk, negeri Belanda akan tenggelan dan New York pun juga tenggelam. Semua itu akan terjadi dalam waktu 10 tahun ke depan. Yang lebih mengerikan dunia terancam mengalami kembali zaman es seperti yang terjadi pada 650.000 tahun yang lalu.

Atau tontonlah A Heros’ Journey yang bercerita tentang Timor Leste. A Heros’ Journey adalah film dokumenter berdurasi delapan puluh menit yang disutradarai oleh sutradara film indepneden Singapura, Grace Phan.

Presiden Timor Leste, Xanana Gusmao bahkan dijadwalkan akan menghadiri pemutaran “A Hero’s Journey”. Gusmao adalah tokoh yang menyuarakan perdebatan mengenai masa depan Timor Leste. Gusmao akan menjadi narator dan pemandu cerita film sembari mengajak penonton untuk melihat ke negaranya yang berisi pemandangan alam yang indah dan cerita mengharukan dari orang-orang yang pernah terjajah.

Ini tahun kedelapan bagi JiFFest dalam mengelar festival semacam ini. Kita tahu orang-orang JiFFest memang “orang-orang gila” yang terus nekad bikin festival film besar-dengan dana begitu gede- tanpa peduli restu dari pemerintah. Tapi disitulah menariknya. Nama JiFFrest menjelma menjadi festival film independent terbesar se-Asia.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, JiFFest kali ini akan tetap diburu para pecandu film. Karena bagi mereka, memburu film adalah “ibadah”.

Read More......

Wednesday, March 7, 2007

The Art of the Interview

RESEARCH: The best questions are informed questions. Whether you have five hours or five days, gather clippings and court records and talk to the subject's cohorts.

TACTICS: Make a tactical plan and discuss it with a friend or colleague. Whenever possible, I interview people close to the action, while they are actually doing whatever it is I am writing about. However, whistle-blowers and reluctant targets are best contacted at home. You can calm a nervous source by taking him or her for a walk. And if you arrange a lunch appointment you can force a person to spend at least an hour with you.

ORGANIZE: Write single-word clues on the flap of your notebook to remind you of issues you want to cover. Organize paperwork so you won't fumble with it as you talk. Begin with softball questions (i.e., a chronological life history), but prepare a comprehensive all-purpose question for cases where the door might slam in your face.

INNER INTERVIEWING: As a warm-up (maybe during your morning shower), imagine a successful interview. Reporters who don't believe they will get the interview or the information usually fail. As far as I'm concerned, no one should ever refuse to talk to me. It works.
THE OPENER -- The techniques of "inner interviewing" continue. Never approach your subject as though they seem menacing or likely to clam up. Appear innocent, friendly, unafraid and curious. If you are a hard-boiled, cynical reporter who talks out of the side of your mouth, you will need acting lessons.

PAY ATTENTION TO DETAIL: Inventory the room thoroughly and in an organized fashion. Look at the walls, read the top of the desk and study the lapel pin. You'll get clues and details for your story. Make notes on what you see.

LOOK FOR OTHER SOURCES: While at the interview, meet the secretary and the other co-workers and make note of details about them. This will come in handy as you turn them into sources.

Read More......